NAMA BLOGGER

Namaku Herawadi Anda, dilahirkan di Dusun Sebataan, Desa Tambatan, Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas pada tanggal 12 Juni 1966 dari seorang Ibu yang bernama Aminah Binti Bakrin dan ayahku bernama Aning Bin Dadik. Ibu berasal dari Desa Kartiasa Kecamatan Sambas, dan Ayahku berasal dari Desa Matang Peradah Kecamatan Paloh. Aku dibesarkan di Sebataan. Diusia 6 tahun aku masuk Sekolah di SDN 16 Kubung, yg nantinya adalah tempat dimana aku bekerja. Bersambung....

JADI GURU YG BAIK ATAU TDK SAMA SEKALI

Oleh: DEDI SUHERMAN
KEHADIRAN seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar sungguh sangat vital. Ia merupakan sosok utama penentu keberhasilan pendidikan yang berpengaruh langsung terhadap perkembangan potensi intelektual, emosional serta spiritual siswanya. Baik buruknya kualitas guru adalah penentu utama untuk mengukur baik buruknya kualitas pendidikan. Ungkapan lama masih tetap aktual "guru kencing berdiri, murid kencing berlari".
Tugas guru sungguh sangat mulia, tetapi sangat berat karena menyangkut kualitas masa depan anak bangsa. Ketidakprofesionalan guru dalam melaksanakan tugas mengajar, sungguh sangat membahayakan dibanding dengan ketidakprofesionalan seorang dokter ketika mengobati pasien. Bila seorang dokter melakukan malapraktik, tidak akurat mendiagnosis penyakit pasien sehingga tidak tepat memberikan resep obat, akibatnya penyakit pasien semakin parah bahkan mungkin sampai meninggal dunia, maka dokter tersebut hanya bertanggung jawab kepada pasien tersebut. Sedangkan bila seorang guru melakukan kesalahan dalam proses belajar mengajar, baik kesalahan dalam isi/materi pelajaran atau kesalahan menggunakan metode atau teknik menyampaikan materi pelajaran, dalam satu pertemuan bisa merugikan ratusan anak didik. Bila kesalahan tanpa sadar dalam mengajar itu dilakukan seorang guru terus-menerus bertahun-tahun dampak negatifnya akan melahirkan ribuan bahkan puluhan ribu generasi bangsa yang salah ajar.Oleh karena itu profesi guru bukanlah profesi sembarangan, tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan. Untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang baik harus dicetak melalui pendidikan baik yang dikelola oleh para guru yang baik. "Lebih baik tidak jadi guru daripada jadi guru tidak baik". Berdasarkan sabda Rasulullah guru yang baik, yang mengajak kebaikan dengan cara yang baik, akan mendapat pahala yang berlipat ganda. "Man daala 'alal hudan falahu ajruhu wa ujuuru man 'amila bihi wa laa yanqusu min ujuurihim syaian, wa man daala 'ala dholaatin falahu wijruhu wa wijru man 'amila biha... (Barang siapa yang memberi petunjuk baik dengan cara yang baik maka orang tersebut mendapat pahala dan pahala orang-orang yang mengamalkan kebaikan itu tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang mengamalkannya, dan barang siapa yang menberi petunjuk salah dengan cara yang salah maka orang tersebut mendapat dosa dan dosa orang-orang yang mengamalkan kesalahan itu)."
Bagi orang yang sudah berprofesi guru terutama menjadi guru PNS, tentu saja tidak mau untuk mengundurkan diri sebagai guru walaupun belum termasuk kategori guru baik. Tetapi bila tetap tidak ada usaha untuk memperbaiki diri untuk menjadi guru baik, tentu berdampak tidak baik terhadap usaha perbaikan kondisi negeri. Jalan terbaik untuk menjadi guru yang baik adalah dengan cara terus meng-up-grade segala kompetensi yang mesti dimiliki (kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional).
Asep Mahfudz, S.Fil., seorang trainer dan praktisi superquantum teaching dalam bukunya memaparkan 10 jurus cepat menjadi guru profesional yang berkarakter trainer, yaitu:
1.
Menjalin hubungan emosional yang harmonis antara guru dan siswa dengan menanamkan rasa rindu dan cinta.
2. Guru harus mampu mengerti dan memahami kesenangan dan kebutuhan siswa yang hidup di zaman yang terus berubah.
3. Membangkitkan motivasi dan kepercayaan diri pada para siswa bahwa mereka semua cerdas.
4. Menanamkan sugesti kepada siswa bahwa apa yang dipelajarinya bermanfaat bagi dirinya.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus mengoptimalkan semua bagian otak siswa, terutama menyeimbangkan potensi otak kanan dan otak kiri.
6. Guru harus mampu memahami bakat, minat dan karakter setiap siswa sehingga mampu melayani siswa sesuai dengan minat, bakat dan karakternya.
7. Guru harus mampu menggunakan media belajar yang tepat dan akurat sesuai dengan materi ajar yang diberikan.
8. Guru harus mampu menggunakan metode mengajar yang tepat dan akurat, sehingga para siswa mampu menerima dan menangkap materi pelajaran dengan cepat.
9. Menghargai sekecil dan sesederhana apa pun prestasi siswa dengan memberikan pujian atau reward, sehingga membangkitkan semangat siswa untuk lebih berprestasi.
10. Menata suasana lingkungan fisik dan kondisi psikis yang nyaman dan menyenangkan.
Bila kesepuluh jurus di atas diterapkan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar, maka akan melahirkan generasi unggul yang memiliki otak cerdas, hati ikhlas, dan semangat bekerja keras. Tidak ada alasan yang tepat bagi guru untuk tidak berusaha semaksimal mungkin menjadi guru profesional. Minimnya penghasilan yang didapatkan tidak bisa dijadikan alasan oleh guru untuk tidak mau meng-up-grade kompetensi yang mesti dimiliki.
(Penulis, praktisi pendidikan, tinggal di Kab. Bandung Barat)**